Kecamatan Wonokerto terdiri dari 11 Desa, mayoritas penduduk “ masih mengikuti paham ahlussunnah wal jamah” namun apabila para penggerak organisasi NU tidak energik dan inovatif, maka akan tergerus oleh lajunya wahabisasi.
Kurang lebih terdapat enam Ormas Islam di Wonokerto, yaitu; NU, Muhammadiyyah, Rifa'iyah , Jama'ah Muslimin, LDII, dan Salafi. Sementara secara tersembunyi masih banyak penduduk yang menganut kejawen terutama di daerah nelayan.
Muhammadiyah secara sistematis dengan perangkat organisasinya akan membentuk berbagai kegiatan baik bidang pendidikan, kesehatan, kepemudaan, kegiatan keagamaan maupun kepedulian sosial. Muhammadiyah didukung oleh kemapanan organisasi, pendanaan, kesiapan tenaga, back up senioritas ( hidup untuk Muhammadiyah ), dan loyalitas jamaah.
Rifai'yah akan bergerak di tempat ( stagnan ), paham tradisonalitasnya akan menghambat laju organisasi. Kecenderungan paham Rifa'iyah ( penganut KH. Muh. Rifa'I Kalisalak ) masih sejalan dengan pemahaman keagamaan Nahdlatul Ulama. Namun mereka telah memiliki oraginasi tersendiri dan afiliasi politik tersendiri pula. Awal mula mereka ikut di organisasi NU, setelah memperoleh peluang bercerai dengan NU dan membentuk organisasi sendiri.
Kondisi itu pula terjadi di Muhammadiyah. Ada kader-kader Muhammadiyyah yang mencoba membangun kekuatan untuk kemudian bercerai dengan induknya. Mereka mendirikan sekolah-sekolah islam terpadu dan menganggap organisasi Muhammadiyah telah meninggalkan ajaran Muhammad bind Abdul Wahab.
Sama halnya dengan organisasi Lembaga Dakwah Islam Indonesia atau LDII di Kecamatn Wonokerto. Mereka dianggap terlalu ortodoks dan bahkan ada yang mengatakan ada kesesatan dalam tubuh organisasi tersebut sehingga harus keluar dan membentuk organisasi baru sebagai bentuk reformasi akidah ( ajaran ) dengan membentuk Jamaah Muslimin.
Dalam berbangsa dan bernegara serta dalam ajaran islam, kita dituntut untuk dapat hidup damai berdampingan dengan penganut seagama maupun beda agama dalam menebarkan rahmat bagi alam semesta ( rahmatan lil alamin ). Namun apabila berbagai ormas islam di Wonokerto kita anggap sebagai competitor untuk dijadikan cambuk dalam fastabiqul khoirot, maka NU harus dapat lebih unggul dibandingkan dengan ormas lainnya.
Aset apa yang dimiliki NU di Wonokerto? Kegiatan yang bersifat jamah banyak bertebaran sampai tingkat RT ( tahlil, yanalil, barzanzi, duror dll ). Bagaimana dengan kegiatan ke-jam'iyah-an ( organisasi ). Kemiskinan tidak dapat diselesaikan dengan “tahlil1”, kesehatan, pendidikan dan permasalahan lainnya yang dihadapi warga ( anggota jamah ). NU dapat membantu menyelesaikan berbagai permasalahan warganya sebagai bentuk dakwah bil hal.
Pengurus NU secara tidak sengaja menjadikan organisasi sebagai sambilan atau konco wingking yang ketika di undang atas nama jam'iyah, berpeci necis seperti seorang ustadz atau kyai. Setelah itu hilang rasa fanatisme untuk mengembangkan organisasi. Sebagai “sampingan”, NU dianggap menarik pada saat-saat tertentu dan tak cantik lagi ketika dirasa kurang menguntungkan. Sementara warganya mempercayakan kepada mereka yang dianggap sebagai orang yang berpengetahuan di bidang masing-masing. Lebih celaka apabila mereka tidak dapat menghidupkan organisasi namun mencari hidup di organisasi. Seorang “ Syafii Ma'arif ( Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ) mampu mengatakan “ aku wakafkan diriku untuk Muhammadiyyah “, apakah kita mampu mewakafkan diri untuk NU?
Remaja NU sudah tidak banyak lagi mengenal barzanji, dziba', simthuth duror, burdah dan tradisi ke-NU-an yang dulu semarak di desa. Pengurus masjid lebih suka memutar kaset dari pada mendendangkan alunan ayat-ayat suci al Qur'an secara manual. Orang sudah enggan lagi puji-pujian setelah kumandang adzan, karena demi efektifitas waktu yang semu.
Semarak selawat membelajarkan kita untuk hidup mencintai rasul saw., pahala per huruf al Qur'an mengetuk simpati malaikat untuk mendoakan suatu kaum penebarnya, puji-pujian sebagai sarana untuk mendidik anak-anak untuk menghafal lafal selawat atau doa. Dan berbagai tradisi hilang karena secara tidak sengaja dianggap tak penting, kampungan dan kuno. Yang kemudian memunculkan hal-hal yang dianggap modern dalam bias duniawi.
Ceramah agama bukannya tidak penting, namun pengelolaan infak, pemberdayaan warga, pengelolaan masjid dalam satu komando, pemeliharaan tradisi keagamaan, pengelolaan lembaga agama dan keagamaan serta kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan secara organisasi menjadi penting selain dakwah billisan.
KH. Jazuly Fathoni dan K. Fauzan Rasiun beserta jajarannya untuk sementara waktu masih eksis. Sepeninggal beliau, bagaimana nasib NU di Wonokerto ? apakah penggantinya lebih mumpuni dari beliau serta jajarannya?
Harapan ada pada anak-anak muda NU yang dapat menghibahkan diri untuk organisasi. Bukannya mengeluh dan minta iba dari para orang tua. Para orang tua akan bangga terhadap semaraknya kegiatan anak muda, terutama yang mampu membantu penyelesaian permasalahan-permasalahan masyarakat.
IP/PPNU adalah kader Nahdlatul Ulama, yang dalam sepuluh sampai dua puluh tahun akan menjadi pengurus NU baik di Ranting maupun tingkat Wakil Cabang atau Cabang. Apabila pemahaman teman-teman hanya berkutat pada retorika, seremonial, dan pesimistis dalam menjalankan roda organisasi, maka akan jadi apa NU di kemudian hari. IP/PPNU adalah organisasi pengkaderan yang harus menyiapkan generasi yang handal dengan berbekal ilmu agama yang mumpuni dan mampu berkompetisi dengan organisasi lain atau individu dalam masyarakat.
Sebagai organisasi yang harus menyiapkan kader harus menyusun rencana kegiatan yang sistematis. Tidak sekadar gugur dalam syarat rukun atau hanya sekadar menuruti kesenangan anggota. Kita sadar kemampuan kader belum cukup untuk itu, paling tidak ada harapan untuk melakukan tindakan yang mendekati itu.
Wonokerto ( NU - Banom ) harus lebih unggul dalam pengelolaan organisasi berbasis manajemen yang berlandaskan aswaja NU, yang sampai sekarang belum dapat dirasakan. Harapan ada pada di pundak generasi muda NU, yang dapat menatap lebih jauh masa depan diri, organisasi, masyarakat dan bangsa serta negara.
Oleh :
Abdul Basid, S.Pd.I
(Pembina PAC IPNU IPPNU Kec. Wonokerto)
*Judul oleh Rosyidin