Pelajar wonokerto

My Blog List

Sunday, May 29, 2016

Pelantikan PR IPNU IPPNU Sijambe Basa Bhakti 2016-2018

     Sabtu (28/5), Peringatan Pengajian Umum Akhirussanah Madrasah Infarul Ghoy Dukuh Sijambe Desa Randuatan telah terlaksana dengan lancar. Selain santriwan-santriwati, Pimipinan Ranting IPNU IPPNU Sijambe, PAC Kecamatan Wonokerto serta masyarakat secara umum ikut mensukseskan acara ini. Acara yang diadakan di Masjid Baitul Inabah Dukuh Randuatan ini biasa diadakan setiap tahunnya, dengan berbagai rangkaian acara mulai dari kirab Wisuda TPQ Infarul Ghoy, Prosesi Wisuda, dan Pengajian Umum. Berbeda dari tahun sebelumnya, PR IPNU IPPNU Sijambe turut serta melaksanakan pelantikan pengurus baru masa bhakti 2016-2018. 
     Acara Akhirussanah didahului lomba-lomba seperti lomba pidato, lomba baca pisi, lomba adzan, kaligrafi, hafalan surat pendek, kaifiyah sholat dan tartil. Lomba-lomba ini diikuti oleh para santri-santriwan infarul ghoy kelas 0, I, II, dann III. Beberapa pemenang lomba pidato dan baca puisi tampil saat acara pengajian umum yang diselanggarakan sabtu malam, pukul 19.30 WIB. 
     KH. Abdul Manan dari Karanganyar Kabupaten Pekalongan selaku pembicara dalam pengajian umum mengatakan bahwa Rasulullah SAW pernah berkata bahwa agama Islam akan terpecah-pecah, untuk itu, sebagai orang Nadhatul Ulama' (NU) seharusnya bersyukur karena termasuk golongan orang-orang yang akan memperoleh naungan rasululullah SAW. Selaras dengan apa yang dikatakan oleh Ustadz Ahmaad Zakki selaku tokoh masyarakat dukuh Randuatan, bahwa sebagai orang NU harus terus memperjuangkan NU, dimulai dari IPNU IPPNU untuk terus berjuang untuk NU. 
     IPNU IPPNU adalah wadah bagi pemuda-pemudi untuk terus berkembang, berjuang dalam mempertahankan NU. Dengan adanya IPNU IPPNU dapat memberikan wadah bagi pemuda-pemudi untuk melakukan hal-hal yang postif, serta dapat mengedalikan perilaku menuju ke hal-hal yang negatif. Lingkungan sangat mempengaruhi perilaku seseorang, oleh karena itu dengan adanya IPNU IPPNU  membantu pemuda-pemudi untuk berada pada lingkungan yang positif sehingga dapat memberikan pengaruh untuk melakukan hal-hal yang positif.
     Tidak dapat dipungkiri, peringatan akhirussanah di Kecamatan Wonokerto tidak pernah lepas dari peran IPNU IPPNU di Ranting masing-masing. IPNU IPPNU selalu mewarnai berbagai kegiatan postif yang ada di Kecamatan Wonokerto. IPNU IPPNU adalah bagian yang akan selalu mewarnai  Nahdhatul Ulama' .

PAC IPNU-IPPNU Wonokerto
Share:

Friday, May 27, 2016

Wisata Kuliner Jadoel, hanya Sebatas Nama



Wisata Kuliner Jadoel yang terletak di daerah Keraton Kidul, kota Pekalongan pasti tidak asing bagi masyarakat kota Pekalongan dan sekitarnya. Wisata kuliner jadoel ini sudah berdiri kurang lebih 6 tahun. Wisata ini merupakan program bantuan pemerintah dalam bentuk dana kepada daerah keraton kidul. Namun bantuan tersebut dialokasikan untuk membangun wisata kuliner jadoel. Tak dapat dipungkiri, dengan adanya wisata kuliner jadoel ini dapat mengangkat makanan tradisional yang ada di Pekalongan. Hal ini sekaligus menjadi tujuan utama dalam pembangunan Wisata Kuliner Jadoel tersebut.
            Tak hanya masyarakat desa Kraton Kidul, siapapun dapat berjualan di wilayah ini. Mulai dari makanan berat, ringan, seperti megono, wedang jahe, ada di tempat ini. Setiap orang yang ingin berjualan di kawasan ini, dapat menyewa kios yang ada dengan harga 260.000 per bulan, sudah termasuk air, listrik, dan kebersihan, selama 24 jam sehari. Biasanya para pedagang membuka lapaknya mulai dari pukul 03.00 sampai tengah malam sekitar pukul 24.00. Pengunjungnya pun beragam, mulai dari anak muda hingga tua. Harga yang ditawarkan pun sesuai harga pasar.
            Namun seiring perkembangan zaman, makanan pun semakin beragam. Hingga makanan jadoel seperti sego megono menjadi kurang diminati oleh masyarakat. Masyarakat lebih meyukai makanan modern. Hal ini berdampak pada pengunjung di sekitar kawasan tersebut. Tak seperti pada awal berdirinya, kawasan ini ramai pengunjung, namun dari tahun ketahun pengunjung semakin berkurang. Hal ini juga berdampak pada pendapatan pedagang yang ada disekitar kawasan tersebut. Karena sepinya pengunjung, kios-kios tersebut lebih memilih menutup kiosnya. Ibu Iin misalnya, seorang pedagang susu sapi murni, beliau lebih memilih menutup kiosnya karena sepinya pengunjung. Beliau lebih memilih berjualan disekitar trotoar jalan.
Terdapat lebih dari 10 kios yang ada di dalam wisata kuliner tersebut. Namun hingga saat ini hanya ada kurang dari 10 kios yang masih aktif. Pergeseran makanan jadul yang kurang diminati akhirnya membuat pedagang beralih jualan ke makanan yang diminati. Misalnya jus, soto, ramesan, nasi goreng bahkan burger ada di kawasan wisata ini. Belum ada tanggapan pemerintah desa setempat dalam menanggapi hal ini. Tujuan awal yang digembar-gemborkan untuk mengangkat makanan tradisional kini tak lagi terealisasi.
Selain itu, penataan tempat yang kurang strategis juga berpengaruh. Letaknya yang terlalu menjorok kedalam, membuat pengunjung harus masuk ke dalam terlebih dahulu jika ingin membeli. Pengawasan wisata ini  tampaknya kurang diperhatikan, “Padahal ada penjaga yang bertugas setiap hari, tapi pernah terjadi kehilangan di tempat ini” tutur ibu iin seorang pedagang di salah satu kawsan wisata kuliner jadol tersebut. Penjaga keamanan pun tampakynya kurang berfungsi secara maksimal.
Harapan Ibu iin, Wisata Kuliner Jadoel ini dapat dihidupkan kembali. Misalkan dengan penataan kembali kios-kios yang ada di dalamya, bentuk makanan tradisional yang lebih dikembangkan, agar masyarakat kembali tertarik untuk mengujungi wisata ini. Sehingga kawasan Wisata Kuliner Jadoel tidak hanya sebatas nama.

Oleh : W.M/PAC IPNU IPPNU Wonokerto
Share:

PENDIDIKAN SEBATAS FORMALITAS


Pendidikan dizaman modern ini sangatlah penting. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat mendorong manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Selain itu, manusia juga dituntut mengerti serta megetahui ilmu yang berkembang secara cepat juga. Pendidikan pada haikatnya adalah proses memasukkan pengetahuan pada otak manusia, memahami berbagai gejala dan fenomena yang terjadi. Namun pendidikan sekarang ini hanyalah memprioritaskan hasil bukan prosesnya. Dalam hal ini, seharusnya pendidikan lebih memprioritaskan proses daripada hasilnya, karena proses lebih penting dari pada hasil. Dengan pendidikan yang cenderung memprioritaskan hasil ini, seseorang akan menempuh cara instan unutuk mendapatkan hasil yang diinginkan tanpa memperhatikan prosesnya. Ibarat manusia yang baru lahir tidak akan langsung bisa berjalan, tapi ia juga butuh proses dari merangkak, sampai ia bisa berjalan. Pendidikan saat ini terlihat hanya sebatas formalitas. Hal ini berarti kurangnya kesadaran masyarakat dalam hal pendidikan. Pendidikan yang pada hakikatnya memasukkan ilmu ke dalam otak tak lagi diperdulikan seberapa banyak ilmu yang didapat.
Mencontek, adalah hal yang sering kita jumpai dikalangan siswa bahkan sampai menjadi mahasiswa pun masih banyak kita jumpai. Mencontek pekerjaan temannya demi mendapatkan hasil yang baik tanpa berusaha itulah cara instan mahasiswa yang ditempuhnya. Dengan cara yang instan tersebut mahasiswa tak perlu lagi memperhatikan dosen ketika memberi penjelasan. Padahal jika ditilik dari beberapa segi, mencontek banyak negatifnya. Misal dari segi untung atau rugi, mencontek memberi kerugian pada mereka yang telah bekerja keras belajar sendiri. Mereka yang bekerja keras sendiri belum tentu mendapat nilai yang baik, tapi disisi lain pihak lain yang sama sekali tidak berusaha hanya mencontek tanpa menggunakan otak mereka dengan mudahnya mendapat nilai yang baik. Disini, terjadinya ketidakadilan antar pihak. Dilihat dari psikolog, mencontek juga berarti ia tidak mampu percaya terhadap dirinya sendiri. Padahal percaya diri itu sangatlah penting, karena jika tidak percaya terhadap diri sendiri bagaimana bisa orang lain percaya terhadap diri kita. Dengan demikian maka kita kan selalu ketergantungan pada orang lain. Dari segi agama, berarti ia tidak menghadirkan Allah dalam setiap tindakanya, betapa meruginya ibadahnya terkotori dengan perbuatan tersebut.
Sejatinya pendidikan yang akan merasakan hasilnya adala diri sendiri, kesadaran dalam pendidikan seharusnya ditumbuhkan agar prosesnya pun dapat berjalan dengan baik dan lebih terarah. Selain itu juga bisa menjadikan lebih memperhatikan prosesnya dari pada hasilnya. 

W.M/PAC Wonokerto

Share:

Total Pengunjung