Pelajar wonokerto

My Blog List

Monday, May 30, 2011

Dzikir Setelah Shalat

Dzikir setelah sholat merupakan ibadah yang sangat disunnahkan dan salah satu kebiasaan Rasulullah s.a.w. Beliau juga melakukannya dengan suara keras.

Dalam sahih Bukhari dan Muslim disebutkan pada Bab Dzikir setelah sholat dari Ibnu Abbas beliau berkata :

"sesungguhnya mengeraskan suara dengan dzikir ketika orang-orang usai melaksanakan sholat wajib merupakan kebiasaan yang berlaku pada zaman Rasulullah s.a.w.. Ibnu Abbas menambahkan, aku mengetahui bahwa mereka selesai sholat karena aku mendengarnya.

Riwayat lain dari Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas mengatakan:"Aku mengetahui selesainya sholat Rasulullah dengan takbir".

Bagi imam ketika usai sholat disunnahkan membalikkan muka ke arah makmum. Demikian disebutkan riwayat sahih Bukhari dari Samurah bin Jundub:"Rasulullah s.aw. ketika selesai sholat beliau membalikkan mukanya ke arah kami". Hadist serupa dari rawi-rawi lain juga diriwayatkan oleh imam Muslim dalam kitab sahihnya, Ahmad, Tirmidzi, Nasai, Abu dawud dll.

Adapun bacaan-bacaan dzikir yang disunnahkan dibaca setelah sholat sesuai riwayat Bukhari dan Muslim adalah sbb.:

1. سُبْحَانَ اللَّهِ x 33

2. الْحَمْدُ لِلَّهِ x 33


3. اللَّهُ أَكْبَرُ x 33


Dari Abu Hurairah: Suatu hari datanglah rombongan orang-orang fakir ke hadapan Rasulullah s.a.w. mereka mengeluh: "Wahai Rasulullah, orang-orang kaya telah mendapatkan kemuliaan dan sorga dengan harta mereka. Mereka sholat seperti sholat kita, mereka puasa seperti puasa kita, mereka bersedekah tapi kami tidak, mereka memerdekakan budak dan kami tidak".

Rasulullah s.a.w. pun menjawab: Maukah kalian ku ajari sesuatu yang dengan itu kalian bisa mengejar orang yang mendahului kalian dan meninggalkan orang-orang yang di belakang kalian dan tidak ada orang yang lebih utama dari kalian kecuali yang melakukan hal yang sama?

"Tentu Mau wahai Rasulullah"

"Kalian membaca tasbih, takbir dan tahmid sebanyak 33 kali setiap selesai sholat". (H.R. Bukhari Muslim dll). Riwayat lain dari Abu Hurairah menyebutkan 10 kali.

4.
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ اللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ.

5. أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ x 3 lalu dilanjutkan dengan mambaca:

اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ تَبَارَكْتَ ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ.
(hadist riwayat Thauban dan A'isah r.a. menyebutkan dua redaksi tersebut".

6.
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ لَهُ النِّعْمَةُ وَلَهُ الْفَضْلُ وَلَهُ الثَّنَاءُ الْحَسَنُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ.

Selain dzikir, setelah sholat juga disunnahkan berdoa. Imam Bukhari bahkan membuat satu bab dalam kitab sahihnya dengan judul "Berdoa setelah sholat".
Share:

Bertemunya Agama dengan Adat

Dalam praktek keagamaan, oleh kelompok puritan, adat disingkirkan. Adat dinilai sebagai tidak pantas berdampingan agama. Adat manusia, agama Tuhan. Adat relatif, agama mutlak. Adat lokal, agama universal, dan seterusnya.

Bagaimana orang Bugis menerima agama? Bagaimana mereka mempraktekkan adat. Dan bagaimana pula mereka menjalani keduanya?

Hamzah Sahal dari NU Online telah mewawancarai Prof. Dr. Nurhayati Rahman beberapa waktu lalu di kantornya, Universitas Hasanudin, Makassar, Sulawesi Selatan.

Sampai hari ini, Nurhayati adalah orang Bugis yang konsisten menyelami budayanya sendiri dengan cara akademik. Dari menulis skripsi, tesis, hingga disertasi, aktivis Muslimat NU Sulawesi Selatan ini menulis tentang La Galigo.

Empat ratus tahun lalu Islam sudah mendarat di sulawesi selatan. Artinya Islam juga sudah lama bergumul dengan Sulawesi Selatan lengkap dengan seluk-beluk keyakinan, kebudayaannya. Apakah Anda bisa memberi ilustrasi bagaimana keduanya bergerak?

Di sini ada sebuah sejarah lisan yang sangat terkenal dan popular di kalangan masyarakat pedesaan. Ada dialog antara Nabi Muhammad dan Sawere Gading (tokoh utama dalam agama tradisonal orang Bugis yang terdapat dalam karya sastra La Galigo, red). Diceritakan Nabi Muhammad bertemu dengan Sawere Gading. Keduanya berdebat dan beradu kesaktian.

Di sana diceritakan nabi Muhammad adalah seorang yang pandai berargumentasi dan juga sakti secara fisik. Nabi bisa berjalan di atas lautan tanpa alat bantu, dan mukjizat-mukjizat lain yang tidak dimiliki Sawere Gading. Karena Nabi Muhammad demikian sakti dan sempurna, akhirnya Sawere Gading menyerah kalah. Karena kalah, Sawere Gading menyerahkan semuanya kepada Muhammad. "Saya pergi saja. Saya akan kembali ke asalku. Dunia beserta isinya kuserahkan kepadamu, Muhammad. Terserah Engkau mau diapakan." Begitu kira-kira ungkapan penyerahan Sawere Gading kepada Muhammad.

Apa makna cerita itu?

Yang penting dari cerita ini adalah bukan sahih atau tidak, tapi struktur berpikir orang yang bercerita, orang yang menciptakan cerita itu. Yang paling penting di sini adalah bagaiamana ulama dulu menjelaskan Islam masuk lewat pintu-pintu peradaban, lewat gerakan kultural, bukan kekuasaan, bukan Perda, apalagi kekerasan. Yang demikian ini, jauh lebih efektif. Jangan lupa, Perda juga bentuk interpretasi, hasil tafsiran seseorang. Jadi klaim bahwa Perda itu murni Al-Qur'an merupakan kebohongan luar biasa. Kita tahu Islam itu ada NU, Muhammadiyah, PERSIS, Ahmadiyah, Syi'ah, dan lain sebagainya.

Kalau faktanya demikian, aliran dan tafsir mana yang mau diperdakan, mana yang mau diformalkan? Oleh karena itulah sekarang kita melihat ada orang yang tidak setuju dengan Perda-perda Syari'at Islam. Kalau Islam diperdakan akan menjadi tunggal, yang akhirnya memihak kelompok tertentu. Pasti kan ada resistensi dari bawah, yaitu mereka yang merasa tafsir Islamnya tidak terakomodir. Ini salah satu problem penerapan Syari'at Islam.

Tadi disebutkan ada "Paradigma Lama" dan ada "Paradigma Baru". Bisa dijelaskan lebih jauh?

Yang dimaksud 'paradigma lama' adalah kepercayaan tradisional orang Bugis. Kitab sucinya bernama La Galigo, nabinya Sawere Gading. Itulah tadi yang berdebat dengan Nabi Muhammad di puncak gunung. Sedangkan 'paradigma baru' itu agama Islam yang kita kenal sekarang ini, berkitab Al-Qur'an dan nabinya, Muhammad bin Abdullah.

Sejarah agama dan adat di Indonesia ini dipenuhi konflik panjang dan terjadi di mana-mana. Perang Padri adalah salah satu bukti nyata dari konflik antara adat dengan agama. bisakan Anda menjelaskan dalam konteks Sulawesi Selatan?

Saya ingin mengungkapkan bahwa kerajaan yang ada di sini begitu istimewa. Seorang raja bertahta bukan karena dia anak sebagaimana terjadi di Yogyakarta, Inggris, Jepang, Maroko, Arab Saudi, dan lain-lain, melainkan dipilih oleh Dewan Adat. Dewan ini berfungsi mirip dengan DPR. Selain Dewan Adat, agamawan juga terlibat dalam proses bernegara. Keduanya tidak ada yang diunggulkan di mata sang raja, keduanya berposisi sama, sederajat.

Apa yang ingin Anda tunjukkan?

Saya ingin mengatakan bahwa kehidupan yang rukun antara agama dengan adat pada waktu itu merupakan peran ulama atau imam yang cerdas membaca situasi lokal. Mereka cerdas dan kreatif dalam berdialog, bahkan sampai pada tingkat kehidupan sehari-hari yang sangat detail. Misalnya, sampai hari ini kita masih menjumpai pembacaan Al-Qur'an dan Barzanji bersamaan dengan pembacaan La Galigo pada upacara pernikahan, khitanan, ataupun kelahiran.

Atau misalkan lagi bagaimana ulama mengganti tradisi memberi makanan ke laut, disebut Mappano, karena mereka menganggap ada nenek moyang di sana, diganti dengan membawa ke masjid. Sedangkan membawa sesajen ke gunung, disebut Mappaenre, diganti dengan membawa makanan ke imam. Jadi, setelah masuk Islam Mappano berarti membawa makanan ke masjid, sedangkan Mappaenre ke rumah imam, tidak lagi ke laut atau ke gunung.

Tapi buktinya sekarang ada ketegangan antara kaum adat dengan agamawan?

Pengamatan saya, yang membuat adat dan agama tegang adalah kelompok Islam yang datang belakangan. Mereka menghukumi ritual yang saya sebut tadi syirik dan berbau bid'ah. Inilah yang membuat kisruh kehidupan beragama dan beradat rusak. Setelah masa kemerdekan, kehidupan masyarakat adat, yang di dalamnya juga masyarakat Islam, menjadi semakin runcing karena kebijakan politik yang tidak paham situasi masyarakat bawah.

Kesimpulannya, pengembangan Islam secara kultural jauh lebih cair dan nyaman bagi siapa saja. Beda halnya dengan cara-cara kekuasaan, Perda dan segala macamnya. Ada satu kreativitas lagi yang membuat saya kagum dengan ulama dulu. Dalam fiqih, orang zina muhshan kan harus dirajam. Tapi ulama dulu di sini tidak melakukan itu. Ulama di sini menghukum orang berzina dengan Malawong, di-lawoni, diberi kain kafan. Pezina dimandikan, dikafani, dibacakan talqin, lalu dibuang ke laut. Maaf, bukan berarti saya membetulkan cara-cara seperti ini, tapi yang saya suka mereka telah berkreasi, tidak menjiplak mentah-mentah, meskipun datang dari ajaran agama.

Contoh lagi, soal pembagian waris. Dalam kewarisan, orang Bugis itu menganut persamaan hak antara laki-laki dengan perempuan. Saya tidak membayangkan seperti apa resistennya mereka jika dikatakan bahwa dalam Islam, bagiannya perempuan hanya setengah dari laki-laki. Karena nilai waris di Bugis begitu kuat, ulama tidak mengatakan mentah-mentah aturan Al-Qur'an. Ulama bugis lalu mengatakan malempa orane, ma'junjung makunrae. Maksudnya laki-laki memikul (dapat dua), sementara wanita membawa barang di kepalanya cuma satu.. masih banyak contoh-contoh bagaimana ulama memperkenalkan islam di tanah bugis. Mereka memperkenalkan syari'at lewat jendela kultur, tidak dengan kekerasan, tidak dengan perang, tidak juga dengan pemaksaan dari atas. Memang islamisasi di sulawesi selatan ini lewat istilah jihad, tapi sudah dimaknai lain, yaitu siri, penegakan harga diri, martabat, dan rasa malu. Jadi islam ditegakkan melalui siri.

Apakah maksudnya jihad itu berarti bukan al-qital?

Ada juga yang berarti al-qital. Tapi imajinasi perang dalm jihad tidak sekuat makna lain.

Apa bisa disimpulkan bahwa Islam menerima adat?

Saya ingat. Ayah saya bergaul dengan para Bissu, pendeta dalam agama tradisonal. Kalau kita pergi ke kampung-kampung di acara perkawinan, yang mendandani kan para Bissu. Satu-satunya suku di dunia ini yang menghargai trans gender ya Sulawesi Selatan. Di sini multikultur sejak dulu. Coba Anda bayangkan, seseorang yang kelaminnya "tidak lazim", bahkan di banyak komunitas dipinggirkan, justru dihargai. Bissu jadi tokoh agama. Para Bissu adalah orang yang status sosialnya sangat tinggi. Kenapa demikian? Karena mereka dinilai adil, tidak memihak. Mereka dianggap bisa menjadi perantara kaum laki-laki dan kaum perempuan kepada Tuhan.

Apakah orang Islam menerima tradisi Bissu?

Orang Islam di sini membiarkan praktek seperti itu. Mereka bergaul tanpa ada prasangka apapun. Kecuali pada massa DI/TII. Pada masa itu para Bissu dihabisi. Juga pada masa Orde baru. Rezim menggelar "operasi tobat". Orde Baru menganggap mereka menyimpang.

Bisa dijelaskan lebih jauh siapa itu Bissu?

Bissu adalah pendeta agama tradisional di kalangan masyarakat Bugis. Mereka ada yang Islam dan ada yang tidak. Yang tidak Islam ada di suku Tolotang di Sidrap dan Singka, serta agama Patungtung di Kajang, Bulukumba. Tak ada yang berubah meskipun mereka Islam. Islam dan kepercayaan lama melekat jadi satu. Mereka naik haji, tapi juga melaksanakan ajaran nenek moyangnya. Kalau orang Bugis merantau, orang tuanya pasti akan menasehati, "Nak, ingat yang diajarkan leluhur kita." Bukan mengatakan, "Nak, ingat pesan Nabi." Perilaku-perilaki mereka biasa disebut mapadua. Inilah satu bukti bahwa Islam di Sulawesi Selatan begitu kuat menyatu dengan adat, dengan ajaran sebelumnya.

Apakah pernah terjadi ketegangan antara Islam dengan adat?

Pernah. Dan sampai sekarang masih ada. Muhammadiyah menggusur praktek-praktek keagamaan mereka. Tapi NU tidak. Orang NU suka sekali dengan kaum adat. Ada cerita bahwa di satu desa orangnya tidak mau masuk Islam, tidak mau mengikuti ajaran Muhammad, kecuali mereka mendengar burung-burung di gunung bersaut-sautan di pagi hari. Ini pesan para orang tua mereka. Ayah saya yang NU membuat suasana seperti yang mereka imajinasikan. Akhirnya mereka masuk Islam. Tapi Muhammadiyah tidak melakukannya, karena dianggap tidak islami. Itulah sebabnya, Islam di sini berkembang, karena Islam di sini menerima ajaran nenek moyang mereka. Professor Cristian Peldrof membuat analogi menarik untuk orang Islam di Bugis. Dia bilang, "Orang Bugis itu di tangan kirinya sejarah masa lalu, sementara di tangan kanannya pembaharuan."

Apa maksudnya?

Maksudnya adalah bahwa orang Bugis mau menerima nilai-nilai baru, asalkan nilai-nilai lamanya juga tetap berjalan. Orang Bugis terbuka menerima ajaran dari luar selagi ajaran nenek moyangnya bisa dipraktekkan.

Mana yang lebih unggul di antara "tangan kanan" dan "tangan kiri"?

Jangan salah. Di antara kedunya tak ada yang lebih unggul. Keduanya adalah harmoni. Harmoni di antara langit dan bumi, siang dan malam, kanan dan kiri. Ibu yang disebut Cristian Peldrof sebagai harmonisasi di antara dua yang berlawanan.

Apakah bisa disimpulkan agamawan yang selama ini garang dengan kaum adat adalah sikap a historis dengan dengan sejarah Islam Bugis di Sulawesi Selatan?

Kurang lebih begitu. Saya melihat orang-orang yang tidak ramah dengan adat di sini itu orang Islam yang Arab, bukan orang Islam yang Bugis. Ketidakramahan itu semakin menjadi-jadi ketika Orde Baru hanya mengakui lima agama saja. Orde Baru mendatangkan guru agama Hindu di sekolah, anak-anak ya tidak paham, mereka tidak menerima. Yang membuat kisruh itu mereka, Orde Baru dan Islam Arab. Kita di sini baik-baik saja. Contoh, orang Tolotang yang Islam dan yang tidak berbaur tanpa ada prasangka apapun. Identitasnya juga sama. Kalau Anda datang ke sekolah, Anda tidak bisa membedakan mana yang Islam dan mana yang bukan. Baju dan kerudung mereka sama. Mereka berbaur dalam upacara perkawinan, kematian, dan lain-lain. Yang membedakan mereka hanya rumahnya. Kalau tiang rumahnya bulat itu Tolotang, sementara yang Islam segi empat. Itu saja.
***

Apa yang melatarbelakangi Anda menulis skripsi, tesis dan disertasi tentang La Galigo?

Begini. Ibu saya seorang bangsawan Bugis. Ia hadir di tengah-tengah keluarga dengan segenap kebugisannya. Sementara ayah saya datang dari tradisi santri yang kental. Keduanya menyatu dan mempengaruhi kehidupan kami. Umpamanya, sewaktu kecil saya sering mendengar nenek saya mengaji kitab "Hikayat Nabi Bercukur". Kitab itu dinyanyikan selepas shalat. Nada nyanyian itu persis seperti pembacaan La Galigo di rumah-rumah tiap malam Jumat. Saya jadi bertanya-tanya, kenapa orang Bugis sulit melepas tradisinya, padahal tradisi baru (Islam, red.) sudah datang?

Kalau orang Bugis diperdengarkan kitab La Galigo, mereka bisa senyum-senyum, bisa menangis. Dan mereka kuat sampai tiga malam. Selebihnya ya karena saya ingin tahu secara mendalam La Galigo. Belum ada orang Bugis yang menuliskan sejarahnya sendiri.

Apa yang diajarkan La Galigo?

Kalau maksud pertanyaan Anda apakah La Galigo islami atau tidak. Jawabnya ada yang islami, ada yang tidak. Konsep ketuhanannya mungkin tidak islami. Mereka mempunyai dua dewa, dewa yang bermukin di atas langit dan dewa yang menempati bawah laut. Tapi konsep kejujuran, satunya kata dengan perbuatan, keadilan, sangat islami.

Apakah konsep ketuhanan juga dibaca oleh orang Islam? Apakah dipila-pilah?

Tidak. Tapi kalau orang Islam mendengarnya bisa tertegun. Entah itu artinya apa. La Galigo dibaca sesuai acaranya. Perkwainan beda dengan kematian, panen padi beda dengan pembacaan mengiringi orang mau merantau. Masing-masing ada babnya tersendiri.

Begini, orang Islam itu kalau dibawa ke nuansa Islam, maka seluruh dunianya Islam semua. Sikap yang sama juga ketika mereka masuk ke dunia adat, maka seluruhnya akan berubah, mereka masuk ke dunia adat dengan segala pernak-perniknya. Sikap seperti ini tidak hanya dilakukan orang Islam, juga mereka yang menganut Kristen.

Di antara ribuan baris yang ada di La Galigo, apa yang paling membuat Anda terkesan?

Tentu ada. Yang paling terkesan adalah soal bagaimana sikap orang ketika ada rintangan yang menghalang. Kira-kira isinya begini. "Apabila Engkau bertemu dengan kesulitan, bisa musuh atau apa saja yang menghadang perahu di tengah laut, belokkanlah perahumu tujuh kali. Kalau itu pun tak diberi jalan, maka hadapkanlah perahumu tujuh kali ke kiri. Kalau keduanya tidak diberi jalan, barulah engkau tempuh jalan kesulitan itu."

Ini pesannya La Pananrang kepada anaknya, To Pananrang ketika mau berlayar ke China. Pesan ini yang sering saya kutip untuk menasehati anak muda. Janganlah Anda bertindak emosional kalau belum berpikir tujuh kali ke kanan dan tujuh kali ke kiri. Jadi empat belas kali. Coba Anda bayangkan, dalam dan bijaksana sekali nasihat itu. Saya yakin kalau kita melakukan nasihat itu, tidak ada kebrutalan apapun di sekitar kita.

Sumber
Share:

Thursday, May 26, 2011

IPNU Dukung Komitmen Pemberantasan Korupsi

Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP IPNU) dukung sikap NU dan lembaga negara pada komitmen pemberantasan korupsi. ”Sebagai generasi muda dan organisasi kader NU, kami merasa prihatin terhadap parahnya korupsi di negeri ini. Jika hal ini dibiarkan maka generasi penerus bangsa ini hanya akan kebagian sisa-sisa kebobrokan sistem koruptif yang merajalela hari ini,” kata Ahmad Syauqi, Ketua Umum PP IPNU disela menghadiri acara konferensi pers bertema keprihatinan korupsi di Indonesia di Lantai 5 gedung PBNU.

Dalam acara yang dihadiri oleh ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD dan anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Ali Masykur Musa itu, Syauqi menggarisbawahi keniscayaan transparansi dan kejujuran atas gratifikasi yang diterima oleh para pejabat dan para politisi.

”Sebagaimana yang diungkapkan Pak Mahfud, setiap pejabat negara dan para politisi harusnya berani, jujur dan transparan untuk melaporkan setiap gratifikasi yang diperolehnya dalam bentuk apapun kepada KPK. Namun budaya politik kita sepertinya masih jauh dari harapan itu,” ungkap magister hukum UGM ini.

Mahfud MD yang kebetulan menjadi dosen pembimbing Syauqi dalam ujian Tesis di UGM dinilainya sebagai sosok pejabat negara yang jujur, konsisten dan tegas terhadap berbagai bentuk korupsi. ”Beliau (Mahfud MD) menjadi prototipe pejabat negara yang tanggap terhadap perilaku korupsi yang dibuktikan dengan dengan melaporkan setiap bentuk gratifikasi yang diterimanya kepada KPK. Terlebih keberanian beliau melaporkan penyerahan uang kepada sekjen MK baru-baru ini,” kata dia.

Syauqi sendiri menekankan berbagai sumber anggaran di pemerintah dan lembaga-lembaga negara lain yang potensial terjadinya korupsi seperti bantuan sosial, anggaran diluar budget, hibah dan dana perjalanan dinas harus benar-benar diawasi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.

Bagi syauqi, yang tak kalah pentingnya dalam upaya pemberantasan korupsi adalah penyadaran bahaya korupsi bagi kalangan pelajar dan generasi muda. ”Program anti korupsi ini memang menjadi salah satu konsen kami dalam menjalankan roda organisasi, utamanya agenda konseling anti korupsi bagi pelajar. Bagaimanapun, kami berharap NU dan semua elemen bangsa ini bersama-sama memerangi korupsi hingga ke akar-akarnya,” pungkas Syauqi.

Sumber
Share:

Tuesday, May 24, 2011

NASKAH PEMBAIATAN IPNU

NASKAH PEMBAIATAN IPNU

Aku adalah IPNU
IPNU adalah Aku

Asyhadu alla ilaha illa Allah wa Asyhadu anna Muhammad ar Rasulullah

Dengan hati tulus dan tanpa paksaan kami siap menjadi kader Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan sebagai kader kami berjanji:
1. Akan melaksanakan syariat Islam ala Ahlussunnah wal jamaah dengan sungguh-sungguh
2. Akan menjaga dan melestarikan syariat Islam ala Ahlussunnah wal jamaah di mana pun berada
3. Akan memperjuangkan cita-cita para Ulama
4. Akan menjunjung tinggi serta menjaga nama baik Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama di mana pun berada
5. Akan selalu aktif dalam kegiatan Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama serta mematuhi peraturan dasar dan peraturan rumah tangga organisasi.

Ihdinassirothol mustaqim….
Share:

IKRAR KESETIAAN PELAJAR NAHLATUL ULAMA KEPADA NKRI

IKRAR KESETIAAN PELAJAR NAHLATUL ULAMA KEPADA NKRI

Bismillahirrahmanirrahim

Asyhadu an laa ilaaha illallah
Wa asyhadu anna muhammadan rasullullah
KAMI PELAJAR NAHDLATUL ULAMA BERIKRAR
1. Kami pelajar nahdlatul ulama akan melaksanakan, menjaga dan melestarikan syariat Islam ala Ahlussunnah wal jamaah
2. Kami pelajar Nahdlatul Ulama, akan senantiasa berpedoman pada garis perjuangan Nahdlatul Ulama
3. Kami pelajar Nahdlatul Ulama sebagai bagian yang tak terpisahkan, dari generasi muda Indonesia akan senantiasa komit terhdap Pancasila sabagai azas kehidupan berbangsa dan bernegara
4. Kami pelajar Nahlatul Ulama akan tetap setia terhadap Negara Kesatuan Repubilk Indonesia
Share:

Saturday, May 21, 2011

Pemuda dan Sihir Sektarian (Oleh : KH Said Aqiel Siroj)

Sungguh kita rasakan keprihatinan yang mendalam tentang kisah anak muda zaman sekarang. Ada penurunan tingkat kualitas generasi muda yang sudah merambah baik dari aspek moralitas, keagamaan, sosial, spiritual, maupun ideologis. Kasus-kasus perkelahian antarpelajar, maraknya penggunaan narkoba, pergaulan bebas, konsumerisme, hilangnya rasa kesantunan anak muda, kriminalitas remaja, dan sihir radikalisme terhadap anak muda.

Kalau dulu kita bangga dengan tampilnya tokoh-tokoh muda zaman pergerakan seperti Soekarno, Hatta, Agus Salim, Syahrir, Wahid Hasyim, dan masih banyak lainnya. Mereka inilah yang menjadi 'energi' kemerdekaan bangsa sekaligus pembangun format bangsa yang berkarakter dan berkepribadian.

Kini, kita miris dengan fenomena makin menipisnya karakter yang dimiliki khususnya anak muda kita. Tiba-tiba kita jadi tersentak tentang kisah M Syarif, anak muda yang dengan kalapnya melakukan bom bunuh diri di Mapolsek Cirebon di saat jamaah shalat Jumat. Akibat hipnosis sebuah kelompok puritan-radikal, Syarif juga tega-teganya mengafirkan bapaknya hanya karena perbedaan pandangan keislaman. Contoh kasus paling soft, fakta banyaknya anak muda yang karena tersihir faham puritan, sontak kemudian suka membidahkan keluarganya yang tidak sepaham. Ada pula, anak-anak muda yang terdoktrin untuk tidak mau menghormati bendera merah-putih, karena bisa membawa kesyirikan. Ini juga fakta yang mencemaskan akibat pengaruh sektarian yang sekalipun masih tampak lunak, tetapi dikhawatirkan bisa menjadi benih radikalisme.

Cobalah pula kita saksikan panorama lanjut yang lebih ekstrem, ternyata 'pengantin-pengantin' yang dijadikan tumbal teroris dalam melakukan aksi bom bunuh dirinya selama ini juga dimainkan oleh anak muda. Begitu pun terkuaknya jaringan NII yang juga beraksi memakan korban anak muda dengan taktik bujuk rayu bahkan dengan penculikan. Banyaknya anak muda yang terjerat faham puritan, radikal, dan sesat sepertinya bagai fenomena gunung es. Perlu penelitian lebih saksama tentang keterpengaruhan anak muda terhadap radikalisme.

Darurat Karakter

Reformasi sepertinya bagai pedang bermata dua. Di satu sisi, era ini sangat menjanjikan perubahan berarti yang akan melahirkan tatanan baru yang lebih baik. Di sisi lain, reformasi telah menjelma menjadi 'pil koplo', yang membuat lupa daratan sehingga ada masalah yang tercecer dan terkatung akibat lebih dahsyatnya impian pembangunan fisik demi kesejahteraan. Ya, kita jadi lupa tentang pentingnya nation character building (pembangunan karakter bangsa). Kita jadi siuman setelah sebagian generasi muda kita menghisap dalam-dalam kepulan ajaran dan pandangan sesat tentang kehidupan berbangsa dan bernegara. Radikalisme menjadi tumbuh membiak yang membuat banyak anak muda tercerabut paksa dari akar kearifan budaya lokal.

Akhirnya, para pengambil kebijakan negara menjadi sadar untuk mengupayakan sebuah kebijakan demi memperkokoh kembali karakter bangsa. Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh pun mencanangkan pentingnya pendidikan karakter dengan kebijakan memulainya dari pendidikan anak usia dini hingga perguruan tinggi. Implementasi ketetapan tersebut dimulai sejak tahun ajaran baru 2011/2012, yang dimulai Agustus nanti. Kita memang mendesak butuh lahirnya gerakan pendidikan karakter. Sebab, situasi bangsa ini sudah menjurus pada tahap darurat karakter. Apa pun ikhtiar dan daya upaya untuk memperkokoh karakter bangsa, akan kita sokong sepenuhnya. Dan, ini harus dilakukan secara konsisten dan kontinyu.

Menurut Zakiah Daradjat dalam buku Ilmu Pendidikan Islam (2008), masa remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa perpanjangan dari kanak-kanak sebelum mencapai dewasa. Anak-anak jelas kedudukannya, yaitu yang belum dapat hidup sendiri; belum matang dari segala segi; tubuh masih kecil; organ-organ belum dapat menjalankan fungsinya secara sempurna; serta kecerdasan, emosi, dan hubungan sosial belum selesai pertumbuhannya. Begitulah, masa remaja adalah masa yang penuh keguncangan jiwa, masa berada dalam peralihan atau di atas jembatan goyang, yang menghubungkan masa kanak-kanak yang penuh ketergantungan dan masa dewasa yang matang dan berdiri sendiri.

Dalam pembagian tahap perkembangan manusia, masa remaja menduduki tahap progresif. Sejalan dengan perkembangan jasmani dan rohaninya, agama pada para remaja pun turut dipengaruhi perkembangan, dengan penghayatan para remaja terhadap ajaran agama dan tindak keagamaan yang tampak pada para remaja. Perkembangan agama pada remaja ditandai oleh beberapa faktor perkembangan rohani dan jasmaninya, yang antara lain disebabkan oleh pertumbuhan pikiran dan mental, berkembangnya perasaan, pertimbangan sosial, perkembangan moral, sikap dan minat, serta soal ibadah (W Starbuck dalam Jalaluddin, Psikologi Agama, 2010).

Jelaslah, kondisi psikologis remaja masih labil. Malangnya, kondisi ini diperuncing oleh suasana sosial yang retak. Tak heran, lakunya ajaran radikal dan sesat di kalangan anak muda juga lantaran masyarakat kini mengalami kondisi yang serba tidak menentu. Akibatnya, anak-anak muda berusaha mencari seorang pemimpin yang dapat dipercaya dan dapat menerima krisis identitas mereka. Dalam sosiologi agama, ada istilah yang disebut harapan eskatologis. Dalam harapan ini, anak muda percaya bahwa pemimpin mereka adalah juru penyelamat, Imam Mahdi, atau apa pun yang akan menyelamatkan mereka. Harapan itu terbit karena pemahaman agama mereka belum mempunyai dasar yang kuat. Mereka lalu mengalami misleading dalam pencarian.

Bila anak muda hanya mengikuti arus, sebagaimana mereka mengikuti tren dalam musik, fashion, atau gaya hidup-gaya hidup modern lainnya tanpa bersikap kritis-maka mereka akan mudah terjebak dalam arus pemikiran dan ajaran yang menyimpang. Nah, budaya sikap kritis perlu diperkuat kembali. Dunia kampus kita sekarang mengalami degradasi dalam hal membangun insan akademis yang kritis. Kita sungguh kecolongan, bagaimana seorang Pepi Fernando yang lulusan UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, yang dikenal kampus modern dan liberal, mau-maunya melakukan tindakan terorisme. Ya, ini di antaranya akibat budaya diskusi dikalangan mahasiswa menipis. Guru dan dosen tidak tampil menjadi sosok-sosok yang menggugah kesadaran kritis. Budaya pragmatis rasanya telah menghanyutkan civitas akademika. Tak berlebihan bila banyak yang menghubungkan radikalisme anak-anak muda juga akibat dari guru-guru yang berpandangan radikal.

Pesantren bisa menjadi tumpuan untuk membendung pemikiran radikal. Syaratnya, pesantren yang moderat dan akrab dengan lokalitas budaya. Kiai-kiai kampung pun bisa menjadi acuan deradikalisasi, karena mereka inilah yang dekat dengan grass root dan selalu menyampaikan ajaran Islam yang teduh dan arif.

Sumber
Share:

Tunggak Iuran, 50 Ijazah Siswa SMPN 3 Wonokerto Pekalongan Di Tahan

Sebanyak 50 siswa lulusan SMPN 3 Wonokerto, Pekalongan, Jawa Tengah, kini tidak dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi. Penyebabnya ijazah tanda kelulusan mereka masih ditahan pengelola sekolah dengan alasan belum melunasi iuran SPP dan iuran buku perpustakaan yang berkisar Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu.

Ahmad Kafi, salah seorang wali murid yang ijazahnya ditahan, menyayangkan kejadian ini. Dirinya memang tak sanggup membayar uang iuran itu karena kondisi perekonomiannya saat ini sedang tidak memungkinkan. Dirinya menolak jika di katakan tidak bersedia melunasi uang iuran.

"Saya sudah membawa surat keterangan miskin, tapi tetap ditolak sekolah. Katanya iuran tersebut harus di lunasi,"

Sementara itu Ketua Tata Usaha (TU) SMPN 3 Wonokerto, Pekalongan, Wahidi, mengakui menahan 50 ijazah siswanya. Jumlah tersebut terhitung sejak kelulusan tahun 2007 hingga 2010. Dia beralasan, iuran tersebut untuk mengganti buku perpustakaan yang di hilangkan mereka serta uang SPP yang merupakan kewajiban setiap siswa. Jadi, bagaimana pun uang iuran tersebut harus dilunasi.

“Mereka harus membayar iuran tersebut, karena mereka yang membutuhkan ijazah," jelasnya.

Sumber
Share:

10 Daerah Dengan Nilai UN Terbaik

Persentase kelulusan pada satuan pendidikan SMA/MA/SMK tahun ini mengalami kenaikan lebih dari sembilan persen. Berdasarkan data Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), 1.461.941 peserta ujian nasional (UN) SMA/sederajat tahun ajaran 2010/2011, 1.450.498 atau sama dengan 99.22 persen siswa lulus, sementara 11.443 atau sama dengan 0.78 persen siswa lainnya tidak lulus.

Tahun lalu, dari 1.522.195 peserta UN, sebanyak 1.368.938 atau sama dengan 89.93 persen siswa lulus, dan 153.257 atau sama dengan 10.07 persen lainnya tidak lulus. Berikut ringkasan 10 daerah dengan rata-rata nilai akhir, nilai UN dan nilai sekolah terbaik.

Data Kemdiknas memaparkan, 10 daerah dengan persentase nilai akhir terbaik tahun ini adalah Bali (8.40), Sumatera Utara (8.17), Bengkulu (8.08), Jawa Barat (8.08), Jawa Timur (8.05), Sumatera Selatan (7.96), Sulawesi Utara (7.94), Lampung (7.91), Riau (7.90), Jawa Tengah (7.89), Sulawesi Selatan (7.84).

Sementara itu, 10 daerah dengan rata-rata nilai UN terbaik adalah Bali (8.31), Bengkulu (8.07), Sumatera Utara (8.05), Jawa Barat (8.03), Jawa Timur (7.86), Sumatera Selatan (7.80), Sulawesi Utara (7.66), Lampung (7.67), Riau (7.91), Jawa Tengah (7.70), Maluku (7.69). Sedangkan 10 daerah dengan rata-rata nilai sekolah terbaik adalah Bali (8.51), Bengkulu (8.35), DI Yogyakarta ( 8.35), Sulawesi Utara ( 8.340, Jawa Timur (8.32), Lampung (8.25), Sumatera Selatan (8.25), Sumatera Selatan (8.19), Jawa Tengah (8.16), Sumut (8.16), Jawa Barat (8.13).

Sumber
Share:

Saturday, May 14, 2011

JADWAL ACARA KONFERENSI ANAK CABANG V

Download Dalam Bentuk .doc klik di sini
Share:

Hukum Bom Bunuh Diri

Bunuh diri dalam Islam hukumnya adalah haram dan termasuk dalam kategori dosa besar. Akan tetapi pengorbanan jiwa sampai mati (seperti halnya Bom Bunuh Diri) dalam melawan kedhaliman dapat dibenarkan asalkan memenuhi syarat pertama Diniatkan benar-benar hanya untuk melindungi atau memperjuangkan hak-hak dasar (adh-dharuriyyat al-khams) bukan untuk mencelakakan diri (ihlakun nafs). Kedua apabila telah diyakini tidak tersedia cara lain yang lebih efektif dan lebih ringan resikonya kecuali pengorbanan jiwa tersebut. Ketiga apabila pengorbanan jiwa tersebut hanya mengambil sasaran pihak-pihak yang diyakini menjadi otak dan pelaku kedhaliman. Hukum ini merupakan hasil Keputusan Musyawarah Nasional Alim Ulama Nahdlatul Ulama 2002 di Pondok Gede berdasarkan berbagai sumber.

Jika menilik ketiga syarat di atas, maka bom Bunuh Diri yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini adalah sebuah keharaman dan tidak dibenarkan. Demikian pula bila mempertimbangkan kondisi Indonesia sebagai bangsa yang mayoritas beragama Islam, seringkali bom bunuh diri lebih merugikan umat muslim sendiri. Apalagi jika bom itu diledakkan di dalam masjid, maka secara syari’at hukumnya haram dan dila’nat Allah dan rasul-Nya. Jika berpijak pada hadits;
المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده

Artinya: seorang muslim adalah orang bisa menjaga orang muslim lainnya dari lisannya dan tangannya.
Maka orang yang melakukan bom bunuh diri tidak dapat dikategorikan sebagai seorang muslim lagi. Karena ia telah membahayakan sesama saudara muslim. Hal ini deperkuat dengan beberapa dalil yang kesemuanya mengandaikan pengorbanan jiwa dalam sebuah peperangan melawan kafir-musyrik, bukan untuk menyakiti sesama kaum muslim. Seperti disebutkan al-Qurthubi dalam al-Jami’ li Ahkamil Qur’an:

“Ulama berbeda pendapat tentang kenekatan seseorang di medan perang dan menyerang musuh sendirian. Al-Qasim bin Mukhaimarah, al-Qasim bin Muhammad dan Abdul Malik dari kalangan Malikiyah berkata “tidak mengapa seseorang sendirian menghadapi musuh yang cukup banyak dalam peperangan jika ia memiliki kekuatan dan niatnya ikhlas karena Allah semata. Jika ia tidak memiliki kekuatan maka termasuk bunuh diri”

Sumber
Share:

PBNU: Kemerdekaan Israel Tidak Perlu Dirayakan

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, menyatakan bahwa rencana perayaan Hari Kemerdekaan Israel adalah tindakan yang menimbulkan kekeruhan. “Kami (PBNU, red) keberatan kalau ada acara merayakan hari lahirnya Israel. Justru di Palestina hari tersebut dianggap sebagai yaum an nuqbah atau hari tragedi,” ujar Kang Said saat menghadiri Temu Wicara Mahkamah Konsitusi dengan Muslimat NU di Hotel Aryaduta, Jakarta, 13 Mei 2011.

Menurut Kang Said, hari lahir Israel tidak perlu diperingati karena perilaku Israel yang tidak manusiawi. “Kita selalu menyaksikan bagaimana Israel menindas bangsa Palestina. Dan lagi, Israel sudah berulangkali melanggar Resolusi Dewan Keamanan PBB. Kalau PBB saja sudah tidak digubris, mengapa hari lahirnya diperingati,” papar Kang Said.

Kang Said juga meminta agar pihak kepolisian tidak mengeluarkan izin penyelenggaraan acara peringatan HUT Israel itu. “Karena itu hanya akan memancing persoalan. Dan PBNU tidak respek atas acara itu. Kalau ternyata masih diberi izin dan akhirnya timbul reaksi yang tidak kita harapkan itu justru akan menambah pekerjaan saja,” lanjut Kang Said.

Meski agama Yahudi disebut dan diakui dalam al Quran, Kang Said tetap menyatakan bahwa peringatan HUT Israel tidak perlu dirayakan. “Ingat, kami tidak anti agama Yahudi, agama yang diakui al Quran. Tapi kami anti Zionis,” pungkas Kang Said.

Sumber
Share:

Sunday, May 8, 2011

Bahasa Indonesia Jadi Bahasa ASEAN?

Wacana agar mendorong bahasa Indonesia menjadi bahasa ASEAN kembali mengemuka dalam perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara itu tahun ini.

Melalui sejumlah wawancara terpisah di beberapa tempat, Jumat (6/5/2011), Antara menanyakan tentang harapan masyarakat dalam momentum keketuaan ASEAN Indonesia tahun ini, terutama tentang perwujudan semboyan "satu visi, satu identitas, dan satu komunitas".

"Indonesia kan sedang menjadi Ketua ASEAN tahun ini, makanya harus bisa memanfaatkan momentum tersebut untuk mengusung bahasa Indonesia menjadi bahasa ASEAN," kata seorang pensiunan pegawai negeri sipil, Mahmud Rustam (62), ketika diwawancarai oleh Antara, Jumat.

Mahmud mengakui akan adanya kendala dalam menerapkan bahasa Indonesia sebagai identitas ASEAN itu karena perbedaan latar belakang sosial dan budaya masyarakat ASEAN. Namun, hal itu tetap harus diupayakan untuk mewujudkan hubungan antarmasyarakat ASEAN setelah terbentuknya Komunitas ASEAN 2015.

Mahmud yang mengaku belum pernah mendengar konsep Komunitas ASEAN 2015 itu berharap, kelompok regional Asia Tenggara itu akan lebih mengutamakan kerja sama ekonomi daripada dua pilar lainnya, sosial budaya serta politik, pertahanan, dan keamanan.

"Saat ini yang terpenting adalah menyejahterakan rakyat melalui ekonomi yang kuat. Keamanan dan sosial itu bisa menyusul," kata Mahmud.

Senada dengan harapan itu, seorang pegawai negeri sipil yang bekerja di Jakarta, Yuwono Ario (24), mengatakan bahwa bahasa Indonesia dapat digunakan sebagai bahasa ASEAN karena digunakan oleh lebih dari sepertiga penduduk ASEAN.

"Kalau dilihat dari jumlah populasinya, Indonesia kan populasinya lebih dari sepertiga total populasi negara-negara ASEAN," kata Yuwono ketika dijumpai seusai bekerja, Jumat.

Yuwono menyarankan ASEAN harus menggeser peran ke arah ekonomi sehingga mampu menghadapi geliat raksasa ekonomi China yang melakukan penetrasi secara besar-besaran, terutama ke wilayah Asia Tenggara.

"Sebaiknya peran ASEAN bergeser ke arah ekonomi, bersatu untuk menghadapi gempuran dari China dan melakukan pemerataan kesejahteraan terhadap seluruh negara anggotanya," kata Yuwono.

Seorang karyawati perusahaan swasta di Jakarta, Dinda Saraswati (29), juga setuju jika bahasa Indonesia menjadi bahasa ASEAN karena akan menambah kebanggaan tersendiri bagi rakyat Indonesia.

"Mungkin dengan bahasa Indonesia menjadi bahasa ASEAN, warga negaranya bisa lebih menghargai bahasa Indonesia, dan kita jadi bangga menggunakan bahasa yang dipakai di seluruh ASEAN," katanya.

Dinda juga mengemukakan pendapat tentang perlunya menciptakan satu mata uang bersama bagi negara ASEAN sehingga setiap negara memiliki standar yang sama.

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzuki Alie sempat mengusulkan agar bahasa Indonesia dijadikan salah satu bahasa resmi yang digunakan dalam pertemuan-pertemuan negara ASEAN dalam sesi pleno pertama Sidang Umum ke-31 ASEAN Inter Parliamentary Assembly (AIPA) di Hanoi, Vietnam, 21 September 2010.

"Penggunaan bahasa Indonesia akan membuka kesempatan kepada bahasa lain untuk menjadi bahasa kerja dalam AIPA," kata Marzuki pada saat itu.

Usul mengenai penggunaan bahasa Indonesia dalam sidang-sidang AIPA telah mengemuka sejak awal kedatangan delegasi DPR RI ke Hanoi, Vietnam.

Pada 20 September lalu, dalam pertemuan Komite Eksekutif AIPA, Indonesia telah menyampaikan usulannya untuk mengamandemen Statuta AIPA agar bahasa Indonesia masuk dalam bahasa kerja AIPA selain bahasa Inggris.

Namun, seorang mahasiswa S2 salah satu perguruan tinggi negeri di Bandung, Arisman Muhammad (24), cenderung melihat tidak adanya sebuah identitas yang dapat menunjang integritas, termasuk satu bahasa tunggal. Ini karena budaya negara anggota ASEAN memiliki karakter yang unik.

"Secara ekonomi, Malaysia dan Singapura jauh lebih unggul. Dari segi pandangan politik, ada negara yang memiliki perbedaan dengan yang lainnya sehingga identitas tunggal akan sulit tercapai," katanya.

Pada sejarahnya, Indonesia sendiri menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional guna mempersatukan beraneka bahasa yang berasal dari beragam suku bangsa di seluruh Tanah Air.

Menurut seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Indonesia, Andri Hadi, saat ini ada 45 negara yang mengajarkan bahasa Indonesia, antara lain Australia, Amerika, Kanada, dan Vietnam.

Mengambil contoh Australia, pejabat itu menjelaskan, bahkan di Australia bahasa Indonesia menjadi bahasa populer keempat.

"Ada sekitar 500 sekolah mengajarkan Bahasa Indonesia sehingga anak-anak kelas VI sekolah dasar sudah ada yang bisa berbahasa Indonesia," kata Andri beberapa waktu lalu.

Sementara itu, di Vietnam, Pemerintah Daerah Ho Chi Minh City telah mengumumkan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua secara resmi pada bulan Desember 2007.

"Bahasa Indonesia sejajar dengan bahasa Inggris, Perancis, dan Jepang sebagai bahasa kedua yang diprioritaskan," kata Konsul Jenderal RI di Ho Chi Minh City untuk periode 2007-2008, Irdamis Ahmad, beberapa waktu setelah peresmian itu. Vietnam merupakan anggota ASEAN pertama yang menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kedua di negaranya.

Momentum Indonesia sebagai Ketua ASEAN terbukti menyimpan harapan sebagian masyarakat agar dapat mendorong penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa ASEAN.

Layakkah bahasa Indonesia menjadi bahasa ASEAN?
Share:

Saturday, May 7, 2011

Target NII, 2014 Merebut Kekuasaan

Kelompok Negara Islam Indonesia menargetkan, tahun 2014 mereka mampu merebut kekuasaan negara lewat anggota-anggotanya yang memiliki posisi sebagai pengambil keputusan.

Oleh karena itu, seluruh kekuatan gerakan dipusatkan untuk menggalang dana kegiatan pendidikan yang berkualitas. Diharapkan lewat proses pendidikan yang berkualitas ini kader-kader NII mampu merebut posisi-posisi strategis.

Demikian disampaikan Sukanto (34), Ketua Tim Rehabilitasi NII Crisis Centre, Jumat (6/5/2011). Ia menyampaikan hal itu sebelum mengarahkan sejumlah mahasiswa Universitas Dharma Persada, Kelapa Dua, Duren Sawit, Jakarta Timur.

Sukanto mengakui, target menguasai negara tersendat karena ada sekelompok elite NII yang mengambil jalan pintas lewat politik.

"Tahun 2009, ada lima anggota NII yang mencalonkan diri sebagai anggota DPR lewat Partai Republikan. Tapi niat mereka menjadi wakil rakyat gagal karena partai mereka terdepak oleh ketentuan electoral threshold. Kelima elite NII yang mewakili lima daerah pemilihan ini antara lain mewakili daerah pemilihan Tangerang dan Bogor," papar Sukanto.

Ia mengatakan, NII di bawah kepemimpinan Panji Gumilang alias Samsul Alam alias Abu Totok mengubah haluan NII dari gerakan radikal militer menjadi gerakan pendidikan.

"Oleh karena itu, NII di bawah Panji Gumilang dengan segala cara mengumpulkan dana untuk membiayai kegiatan pendidikan yang berkualitas. Buktinya, hampir seluruh aliran dana mengucur ke Pondok Pesantrean Al-Zaytun," ungkapnya.

NII berharap pondok pesantren ini kelak melahirkan tokoh-tokoh besar NII yang memiliki latar belakang prestasi pendidikan akademis yang tinggi. Dengan demikian, peluang para tokoh ini untuk merebut jabatan strategis di pemerintahan maupun dunia usaha kian terbuka. Sukanto mengatakan, dana NII diperoleh dari iuran anggota, kegiatan mencari sumbangan, dan mencuri.

"Jumlah anggota NII di Jakarta saja 151.000 orang. Mereka bekerja mencari sumbangan secara bergantian, hampir 24 jam tanpa henti. Anak-anak pondok pun dikerahkan mengemis di SPBU-SPBU, sementara kader lainnya mencuri komputer jinjing di lingkungan kampus. Bayangkan, dalam waktu dua bulan mereka mampu mencuri 50 komputer jinjing, yang mereka jual dengan harga Rp 5 juta," ungkap Sukanto.

Rekrutmen

Ia menjelaskan, NII mengutamakan rekrutmen anggota di lingkungan siswa SMA dan sederajat yang duduk di kelas III. Mereka dipersiapkan membangun jaringan di kampus-kampus saat mereka menjadi mahasiswa.

"Jadi, jangan heran kalau kasus-kasus NII di lingkungan kampus meledak justru di Malang, Jawa Timur, Provinsi Riau, dan Aceh Barat. Saat terungkap, terbukti bahwa para mahasiswa itu dikader saat duduk di kelas III SMA atau sederajat di Jakarta. Dari Jakarta, mereka menyebar ke penjuru Tanah Air lewat kampus-kampus," ucap Sukanto.

Menurut dia, para kader muda NII diawasi ketat oleh senior-senior dan jaringan di atasnya. Hal itu sudah berlangsung sejak proses rekrutmen dilakukan. "Kalau mereka menghilang, bakal dicari dan diteror sampai mereka kembali ke pangkuan NII," tandasnya.

Agar lingkungan kampus terhindar dari pengaruh jaringan NII, Sukanto mengusulkan supaya para pengelola kampus memberikan sanksi dan peringatan yang jelas mengenai larangan terlibat NII. Sebab, kegiatan NII inkonstitusional. "Mahasiswa juga harus bersikap kritis dan tegas menolak terlibat NII," tandas Sukanto.

Ia mengatakan, sampai sekarang, laporan orang hilang yang diduga diculik NII sebanyak 80 orang, sementara yang sudah teridentifikasi baru 35 orang. Ia mengaku pernah menjadi pemimpin NII setingkat kecamatan di Tebet, Jakarta Selatan, tahun 1996-2001.
Share:

Terlalu Dini Gunakan Tes Minat dan Bakat

Tes minat dan bakat bisa dilakukan untuk menilai potensi belajar dan keminatan para siswa agar lebih memahami potensinya dalam menentukan jurusan perkuliahan. Tetapi, hal itu bukan satu-satunya faktor untuk meneropong bakat dan minat siswa.

Tes semacam itu bukan satu-satunya jalan, karena masih ada beberapa banyak faktor lain seperti tes IQ, spiritual intelegence test, emotional intelegent test dan lain-lainnya.

"Jika sudah punya kesukaan terhadap suatu bidang itu sudah poin plus buat diri kita sendiri,"

Zaman dahulu dikenal dengan pola tes IQ untuk menggambarkan potensi diri seorang anak. , Jika IQ mencapai di atas 140 anak sudah dianggap pintar. Namun, seiring perkembangan zaman pola itu sudah berubah. Tidak ada penelitian yang menggatakan jika IQ anak di atas 140 itu otomatis adalah anak pintar. Zaman sekarang sudah banyak vitamin yang menjamur, yang katanya bisa mencerdaskan siswanya, namun belum ada pembuktian soal itu.

Pendekatan guru

Vitamin tidak bisa dijadikan patokan. Alangkah baiknya jika pola yang diterapkan adalah menjadikan seorang guru dekat atau mau melakukan pendekatan kepada siswanya. Pendekatan ini terutama dilakukan oleh pihak sekolah. "Guru harus bisa memahami siswanya, jangan sebaliknya, siswa yang memahami gurunya," Tidak ada siswa yang bodoh. Yang betul siswa itu belum bertemu dengan guru yang pintar.

Masih terlalu dini tes bakat dan minat dijadikan pola pendekatan untuk menentukan jurusan yang akan diambil siswa untuk melanjutkan kuliahnya di perguruan tinggi. Lihat dulu orientasi atau kecenderungan si anak waktu kecil.
Share:

Sukses Itu karena Bakat dan Minat

Orangtua terkadang bingung memilih perguruan tinggi bagi putra-putrinya. Apakah harus mendahulukan bakat dan minat anak atau justru prestasi akademik terlebih dahulu?

Direktur ProVisi Education Romy Cahyadi menilai, kebingungan para orangtua itu adalah hal wajar. Menurut dia, setiap orangtua pasti menginginkan anaknya sukses. Namun, dilihat dari sisi psikologis anak, lanjut Romy, minat dan bakat anak sebaiknya tetap menjadi titik tolak untuk memilih perguruan tinggi.

"Semua orang yang sukses dalam bidang apa pun, itu bukan karena dia sempurna dalam segala hal. Semua orang yang sukses di dunia ini karena mereka telah menonjolkan keunggulannya. Dan, itu pasti berhubungan dengan bakat dan minat," ujar Romy ketika ditemui Kompas.com di Jakarta, Rabu (27/4/2011) pekan lalu.

Romy menuturkan, orangtua juga harus memberikan ruang untuk memberikan kesempatan bagi anak. Sebab, menurut Romy, ke depan akan muncul peluang karier, jenis pekerjaan, dan bidang-bidang baru mengiringi perkembangan zaman. Ketika terjadi hal seperti itu, sudah pasti pengetahuan anak akan lebih baik dari orangtuanya.

"Karena selalu muncul bidang-bidang baru yang sama sekali orangtua tidak paham akan hal itu," kata Romy.

Maju Selangkah

Selain bingung dalam menentukan perguruan tinggi, tak jarang juga terjadi perbedaan pandangan antara anak dan orangtua. Ketika hal seperti ini terjadi, lanjut Romy, orangtua dan anak dianjurkan memikirkan pemecahan dengan fokus pemikiran yang maju selangkah ke tengah-tengah persoalan secara bersamaan.

Menurut Romy, ketika anak ingin memilih bidang yang orangtuanya tidak setuju, itu wajar. Namun, agar perbedaan pendapat dapat terselesaikan, anak juga semestinya bertindak proaktif untuk menjawab kekhawatiran orangtua.

"Tunjukkan, setidaknya riset kecil, entah browsing di internet atau tanya ke teman, yang bisa menunjukkan kepada orangtua bahwa bidang yang dipilihnya itu menjanjikan," kata Romy.
Share:

Mendiknas Bakal Rombak Kurikulum

Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh mengatakan, Kementerian Pendidikan Nasional berencana merombak kurikulum beberapa mata pelajaran pada pendidikan dasar dan menengah.

"Belum saya setujui. Sekarang ini kurikulum dikembangkan oleh pihak sekolah, ke depan akan kita tata lagi. Beberapa materi dipegang secara nasional, sementara yang lain diserahkan kepada daerah, provinsi, atau kabupaten kota," kata Nuh, Jumat (6/5/2011) siang di Jakarta.

Nuh mengatakan, beberapa mata pelajaran yang akan dikendalikan secara nasional adalah Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Sejarah, Bahasa Indonesia, dan Matematika.

"Kenapa materi ini kita pegang secara nasional? Karena ini yang menjadi perekat, yang membuat kita punya ikatan secara nasional. Kalau Matematika, itu logika nasionalnya. Jadi, kita tidak boleh membedakan antara Matematika di Jakarta dan di daerah sehingga kelima materi itu harus dibuat dalam konteks universal keindonesiaan," ujar Nuh.

Sementara materi yang terkait dengan muatan lokal, lanjutnya, seperti kesenian dan budaya, sekolah tetap memiliki wewenang penuh menyusun kurikulum tersebut. Masalah-masalah yang terkait dengan seni budaya dan muatan lokal itu diserahkan kepada sekolah atau daerah.

"Ada juga yang digabung dalam tingkat provinsi, seperti Bahasa Inggris, akan disesuaikan antara pusat dan daerah," kata Nuh.

Nuh mengungkapkan, jika dahulu ada kurikulum yang diserahkan dan dikembangkan oleh sekolah, idenya akan bagus, bisa memberikan kebebasan dan penguatan di tingkat sekolah. Hanya saja, perlu ada sesuatu yang dicermati secara nasional.

"Yang akan kita rombak pertama kali adalah di tingkat pendidikan dasar dan menengah. Jika mahasiswa relatif mudah, yang penting kurikulum secara nasional ini kita tata kembali. Ada yang mengacu pada standar nasional maupun standar daerah," ujarnya.
Share:

Thursday, May 5, 2011

PERSYARATAN DAN KETENTUAN PESERTA KONFERANCAB 2011

Untuk kelancaran dalam pelaksanaan Konferensi Anak Cabang V IPNU IPPNU Kecamatan Wonokerto maka dengan ini kami beritahukan tentang persyaratan dan ketentuan bagi peserta.


Adapun persyaratannya adalah sebagai berikut :
  • Diutamakan anggota IPNU-IPPNU yang Pernah Mengikuti Pengkaderan
  • Umur maksimal 25 Th / belum menikah
  • Mengisi formulir pendaftaran yang telah disediakan
  • Memakai baju Batik, celana hitam ( IPNU ), rok hitam (IPPNU)
  • Tiap ranting mengirimkan peserta 3 IPNU dan 3 IPPNU
  • Tidak diperkenankan memakai jeans dan sejenisnya
  • Membayar kontribusi peserta sebesar Rp. 10.000,- per orang
  • Membawa alat tulis menulis, peralatan sholat dan pakaian olahraga
  • Bersedia hadir di arena paling lambat hari Ahad Tanggal 15 Mei 2011 sebelum jam 07.00 WIB
  • Bersedia menaati segala peraturan yang telah ditentukan bersama.


PANITIA
Share:

Total Pengunjung