Tes minat dan bakat bisa dilakukan untuk menilai potensi belajar dan keminatan para siswa agar lebih memahami potensinya dalam menentukan jurusan perkuliahan. Tetapi, hal itu bukan satu-satunya faktor untuk meneropong bakat dan minat siswa.
Tes semacam itu bukan satu-satunya jalan, karena masih ada beberapa banyak faktor lain seperti tes IQ, spiritual intelegence test, emotional intelegent test dan lain-lainnya.
"Jika sudah punya kesukaan terhadap suatu bidang itu sudah poin plus buat diri kita sendiri,"
Zaman dahulu dikenal dengan pola tes IQ untuk menggambarkan potensi diri seorang anak. , Jika IQ mencapai di atas 140 anak sudah dianggap pintar. Namun, seiring perkembangan zaman pola itu sudah berubah. Tidak ada penelitian yang menggatakan jika IQ anak di atas 140 itu otomatis adalah anak pintar. Zaman sekarang sudah banyak vitamin yang menjamur, yang katanya bisa mencerdaskan siswanya, namun belum ada pembuktian soal itu.
Pendekatan guru
Vitamin tidak bisa dijadikan patokan. Alangkah baiknya jika pola yang diterapkan adalah menjadikan seorang guru dekat atau mau melakukan pendekatan kepada siswanya. Pendekatan ini terutama dilakukan oleh pihak sekolah. "Guru harus bisa memahami siswanya, jangan sebaliknya, siswa yang memahami gurunya," Tidak ada siswa yang bodoh. Yang betul siswa itu belum bertemu dengan guru yang pintar.
Masih terlalu dini tes bakat dan minat dijadikan pola pendekatan untuk menentukan jurusan yang akan diambil siswa untuk melanjutkan kuliahnya di perguruan tinggi. Lihat dulu orientasi atau kecenderungan si anak waktu kecil.
0 comments:
Post a Comment