Pelajar wonokerto

My Blog List

Friday, May 27, 2016

Wisata Kuliner Jadoel, hanya Sebatas Nama



Wisata Kuliner Jadoel yang terletak di daerah Keraton Kidul, kota Pekalongan pasti tidak asing bagi masyarakat kota Pekalongan dan sekitarnya. Wisata kuliner jadoel ini sudah berdiri kurang lebih 6 tahun. Wisata ini merupakan program bantuan pemerintah dalam bentuk dana kepada daerah keraton kidul. Namun bantuan tersebut dialokasikan untuk membangun wisata kuliner jadoel. Tak dapat dipungkiri, dengan adanya wisata kuliner jadoel ini dapat mengangkat makanan tradisional yang ada di Pekalongan. Hal ini sekaligus menjadi tujuan utama dalam pembangunan Wisata Kuliner Jadoel tersebut.
            Tak hanya masyarakat desa Kraton Kidul, siapapun dapat berjualan di wilayah ini. Mulai dari makanan berat, ringan, seperti megono, wedang jahe, ada di tempat ini. Setiap orang yang ingin berjualan di kawasan ini, dapat menyewa kios yang ada dengan harga 260.000 per bulan, sudah termasuk air, listrik, dan kebersihan, selama 24 jam sehari. Biasanya para pedagang membuka lapaknya mulai dari pukul 03.00 sampai tengah malam sekitar pukul 24.00. Pengunjungnya pun beragam, mulai dari anak muda hingga tua. Harga yang ditawarkan pun sesuai harga pasar.
            Namun seiring perkembangan zaman, makanan pun semakin beragam. Hingga makanan jadoel seperti sego megono menjadi kurang diminati oleh masyarakat. Masyarakat lebih meyukai makanan modern. Hal ini berdampak pada pengunjung di sekitar kawasan tersebut. Tak seperti pada awal berdirinya, kawasan ini ramai pengunjung, namun dari tahun ketahun pengunjung semakin berkurang. Hal ini juga berdampak pada pendapatan pedagang yang ada disekitar kawasan tersebut. Karena sepinya pengunjung, kios-kios tersebut lebih memilih menutup kiosnya. Ibu Iin misalnya, seorang pedagang susu sapi murni, beliau lebih memilih menutup kiosnya karena sepinya pengunjung. Beliau lebih memilih berjualan disekitar trotoar jalan.
Terdapat lebih dari 10 kios yang ada di dalam wisata kuliner tersebut. Namun hingga saat ini hanya ada kurang dari 10 kios yang masih aktif. Pergeseran makanan jadul yang kurang diminati akhirnya membuat pedagang beralih jualan ke makanan yang diminati. Misalnya jus, soto, ramesan, nasi goreng bahkan burger ada di kawasan wisata ini. Belum ada tanggapan pemerintah desa setempat dalam menanggapi hal ini. Tujuan awal yang digembar-gemborkan untuk mengangkat makanan tradisional kini tak lagi terealisasi.
Selain itu, penataan tempat yang kurang strategis juga berpengaruh. Letaknya yang terlalu menjorok kedalam, membuat pengunjung harus masuk ke dalam terlebih dahulu jika ingin membeli. Pengawasan wisata ini  tampaknya kurang diperhatikan, “Padahal ada penjaga yang bertugas setiap hari, tapi pernah terjadi kehilangan di tempat ini” tutur ibu iin seorang pedagang di salah satu kawsan wisata kuliner jadol tersebut. Penjaga keamanan pun tampakynya kurang berfungsi secara maksimal.
Harapan Ibu iin, Wisata Kuliner Jadoel ini dapat dihidupkan kembali. Misalkan dengan penataan kembali kios-kios yang ada di dalamya, bentuk makanan tradisional yang lebih dikembangkan, agar masyarakat kembali tertarik untuk mengujungi wisata ini. Sehingga kawasan Wisata Kuliner Jadoel tidak hanya sebatas nama.

Oleh : W.M/PAC IPNU IPPNU Wonokerto
Share:

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment

Total Pengunjung

107633